Kegiatan Promosi Kesehatan Di Dalam Gedung Puskesmas

Kegiatan promosi kesehatan dalam gedung puskesms yang kami tuliskan disini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.

Yang dimaksud dengan promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan gedung puskesmas seperti di tempat pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar obat, tempat pembayaran dan halaman puskesmas.

Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang diselenggarakan Puskesmas. Berikut ini bentuk kegiatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan dalam gedung puskesmas.

Mengenai promosi kesehatan, sebelumnya telah ada tulisan kami yang berjudul:

Kegiatan Promosi Kesehatan Dalam Gedung Puskesmas
Kegiatan Promosi Kesehatan Dalam Gedung Puskesmas

A. Di Tempat Pendaftaran

Kegiatan promosi kesehatan di tempat pendaftaran dapat dilakukan dengan penyebaran informasi melalui media seperti poster, leaflet, selebaran yang dapat dipasang/diletakkan di depan loket pendaftaran.

Adapun jenis-informasi yang dapat disediakan yaitu:
  1. Alur pelayanan puskesmas;
  2. Jenis Pelayanan Puskesmas;
  3. Denah Poliklinik;
  4. Informasi masalah kesehatan yang menjadi isu pada saat itu;
  5. Peraturan kesehatan seperti dilarang mer*k*k, dilarang meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya dan lainnya.
Memberikan salam kepada pengunjung puskesmas termasuk dari kegiatan promosi karena telah terjadi komunikasi awal yang menimbulkan kesan yang baik dan menyejukkan bagi pasien/pengunjung puskesmas sehingga mengurangi beban yang diderita.

B. Di Poliklinik

Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus ditelannya.

Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat dibuka klinik khusus bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau konseling.

Guna memudahkan pemberdayaan dalam pelayanan medis, harus disediakan berbagai media (alat peraga) seperti misalnya lembar balik (flashcards), poster, gambar-gambar atau model-model anatomi dan boleh juga brosur (leaflet) yang bisa di bawa oleh pasien.

Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke Puskesmas. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di poliklini, khususnya di Ruang Tunggu, perlu dipasang media seperti poster, selebaran leaflets) yang berisi informasi tentang berbagai penyakit dan pencegahannya.

Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita pasien, diharapkan dapat membantu puskesmas memberikan informsi kepada pasien.

Pemasangan poster dan media komunikasi lainnya mendorong pasien untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.

C. Di Ruang Pelayanan KIA dan KB

Di pelayanan KIA dan KB selain dijumpai pasien sakit (misalnya bayi atau balita), sebagian besar pengunjung adalah ibu-ibu atau wanita yang tidak sakit. Yaitu ibu-ibu yang memeriksanakan kehamilannya atau hendak bersalin, atau mereka yang memerlukan pelayanan k*ontras3psi.

Petugas kesehatan di pelayanan KIA dan KB tersebut perlu meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien/individu berkenaan dengan pelayanan yang di dapatnya. Jika belum mampu, dapat dilimpahkan ke klinik khusus.

Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien/individu yang mendapat pelayanan KIA dan KB juga orang yang mengantarkannya ke Puskesmas.

Oleh karena itu, di pelayanan KIA dan KB perlu di pasang poster-poster atau disediakan selebaran-selebaran ( leaflets) tentang berbagai penyakit, khususnya yang menyerang bayi dan balita.

Disamping itu, tentang pentingnya memeriksakan kehamilan teratur, pentingnya tablet Fe bagi ibu hamil, pentingnya imunisasi lengkap bagi bayi, pentingnya pemberian ASI eksklusif, pentingnya memantau tumbuh kembag balita dan lain-lain.

Dengan mendapatkan informasi yang benar tentang berbagai hal tersebut, pengantar diharapkan dapat membantu puskesmas memberikan informasi kepada pasien/individu tersebut.

Pasien/individu pun merasa dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku sesuai yang dikehedaki untuk kesehatannya.

D. Di Ruang Perawatan Inap

Pemberdayaan terhadap pasien rawat inap dilakukan terhadap pasien ibu-ibu bersalin, pasien yang sudah dalam fase penyembuhan dan pasien penyakit kronis (kanker, tuberklosis, dan lain-lain).

Tujuannya adalah agar pasien tidak kambuh dan dapat menjaga kesehatannya setelah pulang ke rumah terutama bagi pasien yang menderita penyakit kronis. Beberapa cara pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Di Tempat Tidur

Penyuluhan di tempat tidur dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring.

Dalam hal ini petugas kesehatan puskesmas mendatangi pasien/individu, duduk di samping tempat tidur pasien tersebut dan melakukan penyuluhan.

Oleh karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka alat peraga atau media komunikasi yang digunakan haruslah yang mudah dibawa-bawa seperti lembar balik (flashcards), gambar-gambar atau foto-foto. Alat peraga tersebut sebaiknya sesedikit mungkin mencantumkan kata-kata atau kalimat.

2. Penggunaan Bahan Bacaan (Biblioterapi)

Bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk membantu proses penyembuhan penyakit yang di derita pasien rawat inap Puskesmas. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, perpustakaan-perpustakaan yang dimiliki Puskesmas tidak hanya berperan dalam mendukung perkembangan pengetahuan petugas, melainkan juga dalam upaya penyembuhan pasien.

Para pasien boleh meminjam bahan bacaan yang diminati untuk beberapa lama, dan mengembalikan bahann bacaan yang telah selesai dibacanya.

Bagi pasien yang tidak dapat membaca (misalnya karena sakit mata), maka biblioterapi dapat digabung dengan bedside health promotion.

Dalam hal ini petugas kesehatan membantu pasien membacakan sambil melakukan promosi kesehatan.

3. Penyuluhan Berkelompok

Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya dalam waktu singkat dapat dilakukan promosi kesehatan secara berkelompok (3 - 6 orang). Untuk itu, di bangsal perawatan yang bersangkutan harus disediakan suatu tempat atau ruangan untuk berkumpull.

Penyuluhan berkelompok ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta mengubah sikap dan perilaku pasien, juga sebagai sarana bersosialisasi para pasien.

Oleh karena itu, kegiatan ini lebih bersifat menghibur, santai dan dapat diselingi rekreasi. Misalnya dengan sekali waktu menyelenggarakan promosi kesehatan berkelompok di halaman Puskesmas.

Untuk penyuluhan berkelompok, sebaiknya digunakan alat peraga atau media komunikasi untuk kelompok juga menggunakan metode yang bersifat menghibur seperti permainan, simulasi.

Lebih baik digunakan media yang lebh besar agar mudah terbaca seperti flipchart, poster atau standing banner. Jika penyuluhan kolompok dilakukan di ruangan, dapat digunakan laptop, LCD projector dan layarnya untuk menayangkan gambar-gambar atau bahkan film.

4. Pemanfaatan Ruang Tunggu

Lingkkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para penjenguk. Biasanya para penjenguk ini sudah berdatangan beberapa saat sebelum waktu kunjungan dimulai.

Agar para penjenguk tertib saat menunggu waktu berkunjung, sebaiknya Puskesmas menyediakan ruang tunggu bagi mereka. Jika demikian, ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bina suasana.

Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster, disediakan boks berisi selebaran atau leaflet yang boleh diambil secara gratis.

Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para penjenguk mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan dijenguknya.

5. Pendekatan Keagamaan

Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat penyembuhan penyakit dapat dilakukan pula dengan pendekatan keagamaan.

Dalam hal ini para petugas kesehatan baik dengan upaya sendiri maupun dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien untuk melakukan pembacaan doa-doa.

Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat nasihat biasanya dilakukan sehingga pasien pun merasa lebih yakin akan kebenaran perilaku yang harus dilaksanakannya untuk mempercepat penyembuhan penyakitnya.

Acara keagamaan ini dapat dilakukan secara personal ataupun berkelompok. Juga dapat melibagkan keluarga dan teman-teman pasien.

Frekuensinya bisa seminggu sekali, sebulan dua kali, atau sebulan sekali sesuai dengan kemampuan Puskesmas.

E. Di Laboratorium

Di laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit) juga individu/pengunjung (orang sehat), dan para pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:
  1. Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter.
  2. Bagi pengunjung yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar dapat dipupayakan untuk tetap sehat.
 Pada umumnya pasien atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di laboratorium. Oleh karena itu, di kawasan ini sebaiknya dilakukan promosi kesehatan dengan media yang bersifat swalayan (self service) seperti poster yang dapat dibaca atau leaflets yang dapat diambil secara gratis.

F. Di Kamar Obat

Di Kamar Obat juga dapat dijumpai baik pasien/individu, keluarga atau pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah terutama tentang:
  1. Manfaat obat gener1k dan keuntungan jika menggunakan obat gener1k.
  2. Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter.
  3. Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam rangka memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sederhana.
Disamping dipasang poster dan disediakan leaflet/selebaran tentang informasi kesehatan, di tempat/ruang ini dapat dioperasikan tape recorder/player yang menyampaikan pesan-pesan tersebut.

G. Di Tempat Pembayaran

Sebelum pulang pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya harus singgah di tempat pembayaran. Di ruang perpisahan ini hendaknya tetap menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga semakin bertambah sehat.

Perlu juga disampaikan bahwa kapan pun kelak pasien membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu untuk datang lagi ke Puskesmas. Mereka juga diingatkan kembali untuk menjaga dan mempromosikan kesehatan di lingkungannya.

H. Di Klinik Khusus

Klinik khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas. Khususnya untuk pelayanan-pelayanan yang perlu mendapat tambahann dalam hal promosi kesehatannya.

Biasanya karena pasien terlalu banyak sedangkan petugas kesehatan yang melayani terbatas (misalnya di poliklinik), atau karena pasien dan keluarganya memang memerlukan informasi khusus (misalnya tentang sanitasi/kesehatan lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan lain-lain).

Dalam hal ini beberapa Puskesmas mengembangkan klinik-klinik khusus sebagai upaya inovasi, seperti misalnya Klinik Gizi, Klinik Sanitasi, Klinik Konsultasi Remaja, dan lain-lain.

Kegiatan promosi kesehatan yang diselenggarakan di klini-klinik khusus ini umumnya adalah berupa layanan konseling.

Umumnya pelayanan di sini berupa membantu upaya pemecahan masalah yang dirujuk dari poliklinik atau pelayanan KIA dan KB.

Beberapa prinsip pemberian informasi melalui konseling kepada pasien/individu yang perlu diperhatikan dan dipraktikkan oleh petugas kesehatan Puskesmas adalah:

Memberikan Suasana Gembira dan Semagat Hidup

Pada saat memulai pemberian informasi, sebaiknya petugas kesehatan Puskesmas tidak langsung menungkap masalah, kelemahan, atau kekeliruan pasien/individu.

Perbincangan harus diawali dengan situasi yang menggermbirakan, karena situasi yang demikian memuat pasien/masyarakat menjadi tertarik untuk terlibat dalam perbincangan, selanjutnya pasien/individu diajak untuk mengungkapkan sndiri masalah, kelemahan atau kekeliruannya.

Menghargai Pasien/Klien Sepenuh Hatih

Menghargai pasien/individu adalah syarat utama untuk terjadinya hubungan yang baik dan terbuka. Cara menghargai ini dilakukan dengan memberikan ucapan-ucapan dan bahasa tubuh yang menghargai.

Melihat Pasien/Individu Sebagai Subyek

Petugas kesehatan Puskesmas hrus mengendalikan kecenderungan keinginannya untuk menasihati.Upayakan agar pasien/individu berbicara sebaik-baiknya tentang dirinya.

Sementara itu, pembicaraan diarahkan kepada pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, "resep" pemecahan masalah itu datang dari diri pasien/individu itu sendiri. Hal ini akan menjadi komitmen dari pasien/individu untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut.

Mengembangkan Dialog yang Menyentuh Perasaan

Dalam hubungan yang baik, petugas kesehatan Puskesmas selalu berusaha untuk mengemukakan kata-kata dari butir-butir dialog yang menyentuh perasaan pasien/individu. Banyak petugas kesehatan menggunakan pendekatan agama untuk membuat pasien/individu tersentuh hatinya.

Memberikan keteladanan

Keteladanan sikap dan perillaku petugas kesehatan Puskesmas dapat menyentuh perasaan pasien/individu. Keteladanan memang merupakan sugesti yang cukup kuat bagi pasien/individu untuk berubah ke arah positif.

Motivasi untuk berubah itu disebabkan oleh kepribadian, wawasan, ketrampilan, kesalehan dan kebajikan tenaga kesehatan terhadap pasien/individu.

I. Di Halaman

Dihalaman Puskesmas, yaitu di tempat parkir, taman, dinding, pagar, kantin/kios dan tempat ibadah dapat dilakukan promosi kesheatan.

1. Di Tempat Parkir Puskesmas

Tempat parkir Puskesmas biasanya berupa lapangan parkir, sebaiknya dilakukan promosi kesehatan yang bersifat umum. Misalnya tentang pentingnya melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Seruan Presiden tentang Kesehatan, himbauan untuk menggunakan obat gen3rik berlogo, bahaya mer*k*k, bahanya mengonsumsi minuman k3ras, bahaya menyalahgunakan n@pza dan lain-lain.

Pesan-pesan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk baliho/billboard di sudut lapangan parkir. Pengaturan dalam pemasangan media komunikasi ini harus dilakukan dengan konsultasi kepada ahlinya, sehingga mudah ditangkap oleh mereka yang berada di lapangan parkir tanpa merusak keindahan lapangan tersebut.

2. Di Taman Puskesmas

Puskesmas pada umumnya memiliki taman, baik di halaman depan, di sekeliling atau pun di belakang gedung Puskesmas. Taman-taman di halaman Puskesmas memang diperlukan guna memperindah pemandangan di sekitar Puskesmas.

Namun demikian, taman-taman Puskesmas ini sebenarnya digunakan sebagai sarana memperkenalkan berbagai jenis tanaman yang berkhasiat obat. Jika demikian, taman-taman tersebut dapat dikatakan sebagai Taman Obat Keluarga (TOGA).

Di taman puskesmas, sekaligus ditujukan jenis-jenis tanaman dengan kandungan gizinya, seperti wortel, kacang-kacangan, pohon buah, ubi, jagung, kedelai dan lain-lain.

Bahkan dapat ditampilkan berbagai hewan sumber protein hewani (kalau tidak mau repot, dapat diwujudkan dalam bentuk patung-patung), seperti ikan, unggas, kelinci dan lain-lain. Kolam beserta ikan sungguhan dapat dibuat guna menambah keindahan taman.

3. Di Dinding Puskesmas

Di dinding Puskesmas dapat ditampilkan pesan-pesan promosi kesehatan, misalnya dalam bentuk poster. Namun demikian, agar penampilan pesan ini tidak merusak keindahan gedung atau ruangan Puskesmas disarankan tidak banyak memasang poster di dinding.

4. Di Pagar Pembatas Kawasan Puskesmas

Pada saat-saat tertentu, misalnya kampanye Hari Kesehatan Nasional, kampanye Hari AIDS, dan lain-lain, di pagar pembatas sekeliling kawasan Puskesmas, khususnya yang berbatasan dengan jalan, dapat dipasang spanduk-spanduk. Pemasangan spanduk di pagar ini pun harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga tidak merusak keindahan pagar Puskesmas.

5. Di Kantin/Kios di Kawasan Puskesmas

Tidak jarang dikawasan Puskesmas terdapat kantin, warung, atau kios yang menyediakan berbagai kebutuhan pengunjung Puskesmas. Sarana-sarana ini sebaiknya juga dimanaatkan untuk promosi kesehatan.

Pesan-pesan yang ditampilkan di sarana-sarana tersebut disesuaikan dengan fungsi sarana. Misalnya di kanting, sebaiknya ditampilkan pesan-pesan yang berkaitan dengan konsumsi gizi seimbang, di kios bacaan yang ditampilkan pesan tentang bagaimana membaca secara sehat (agar tidak merusak mata) dan lain sebagainya.

Bentuk media komunikasi yang cocok untuk sarana-saran ini adalah poster atau neon box, dan leaflet, brosur atau selebaran yang dapat diambil secara gratis.

6. Di Tempat Ibadah

Tempat ibadah yang tersedia di Puskesmas biasanya berupa tempat ibadah untuk kepentingan individu atau kelompok kecil, seperti mushalla. Di tempat ibadah kecil tentu tidak dilakukan khotbah atau ceramah. Oleh sebab itu, pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan dalam bentuk pemasangan poster atau penyediaan leaflet, brosur atau selebaran yang dapat diambil secara gratis.

Adapun pesan-pesan untuk yang dapat disampaikan sebaiknya berupa pesan-pesan untuk kesehatan jiwa (yang dikaitkan dengan perintah-perintah agama) dan pentingnya menjaga kebersihan/kesehatan lingkungan.

Demikian informasi yang dapat kami sampaikan semoga dapat bermanfaat. Silakan berlangganan informasi dari Mitra Kesehatan Masyarakat melalui email dengan mengisi email pada kolom berlangganan yang telah kami sediakan di bawah. Dengan berlangganan, maka ketika ada tulisan terbaru dari kami secara otomatis Anda akan mendapat email masuk tentang tulisan tersebut.

2 Komentar

Kami sangat berterimaksih jika anda meluangkan waktu memberikan komentar sesuai dengan tema pembahasan.

Lebih baru Lebih lama

Iklan

نموذج الاتصال