Puskesmas Sepi atau Ramai Pasien? Jangan Senang Dulu, Analisa Secara Menyeluruh

Pembaca setia Mitra Kesehatan Masyarakat yang selalu sehat dan berbahagia, pernakah anda memperhatikan jumlah pasien dari sutatu puskesmas? Ataukah pernah tahu jumlah pasien disuatu puskesmas dalam seharinya atau dalam periode tertentu dan membandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas tersebut?

Jika anda sebagai petugas puskesmas, maka anda pasti tahu jawabannya. Namun jika sebagai masyarakat atau pengguna layanan kesehatan tersebut kemungkinan anda pernah melihat dan bertanya-tanya tentang kondisi tersebut, sebagaimana kami pernah ditanya oleh beberapa orang masyarakat terkait masalah ini.

Coba perhatikan puskesmas disekitar anda...!! Lalu jawab beberapa pertanyaan dibawah ini...!!

Apakah pasien di Puskesmas sekitar anda atau yang pernah anda lihat ramai atau sepi pasien? Bagaimana pendapat anda jika suatu puskesmas ramai pasien? Sebaliknya, jika sepi atau bahkan dalam sehari tidak ada pasien yang datang berobat, bagaimana pendapat anda? Puskesmas yang manakah yang lebih berhasil menurut anda?

Melalui kesempatan ini kami mengajak para pembaca Mitra Kesehatan Masyarakat untuk mendiskusikan permasalahan ini secara mendalam agar dapat meluruskan adanya persepsi tentang suatu fakta yang mana ada sebagian orang secara spekulatif 'merasa senang' dengan jumlah pasien yang semakin meningkat pada puskesmas tempat ia bekerja, atau bahkan 'adem ayem' saja ketika puskesmas tempatnya bekerja jarang dikunjungi pasien untuk berobat tanpa membuat suatu analisa tentang pemasalahan tersebut lalu membuat suatu pembenaran dengan kata-kata penghibur yang menurutnya ini adalah suatu prestasi. Apa iya? Coba kita telaha'ah lebih jauh lagi tentang permasalahan ini.

Puskesmas
Puskesmas

Bukan maksud untuk menyudutkan salah satu pihak, kami hanya ingin agar persepsi dan kebiasaan ini tidak terjadi dibayak tempat. Kalaupun ini terjadi, maka harus dipastikan bahwa itu benar-benar suatu prestasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Puskesmas Sepi Pasien


Misalnya Puskesmas A, mengatakan jumlah pasien mereka yang datang berobat ke puskesmas sangat sedikit, bahkan tak jarang ada hari dimana tak ada pasien yang datang berobat sama sekali. Bagaimanakah pendapat anda tentang puskesmas ini?

Menurut kami, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, yaitu:
  1. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas A memang sudah jarang yang sakit.
  2. Ada metode pelayanan lain yang digunakan puskesmas sehingga pasien tidak lagi harus datang ke puskesmas untuk berobat.
  3. Ada pengobatan alternatif yang digunakan masyarakat ketika sakit.
Dari ketiga poin tersebut, coba kita lihat satu persatu:

Pertama: Maysarakat Jarang yang Sakit


Kondisi ini dapat saja terjadi, namun perlu diingat bahwa untuk membuat asumsi tersebut dibutuhkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pada kondisi ini, semua peluang yang memungkinkan pasien tidak terdata harus benar-benar aman. Salah satu contoh, ketika kita bertanya ke penjual obat eceran di kios-kios pun (apabila ada), mereka akan memberikan jawaban yang sama bahwa jarang bahkan tidak ada yang datang membeli obat mereka.

Ketika keadaan ini terjadi, maka dapat dipastikan bahwa upaya pembangunan kesehatan yang di lakukan di wilayah kerja tersebut telah maksimal, baik lintas program maupun lintas sektor sehingga mampu meminimalisir angka kesakitan dan menjadikan puskesmas 'sepi pasien'.

Menurut kami, kondisi inilah yang paling diidam-idamkan oleh banyak orang, lebih khusus bagi petugas kesehatan itu sendiri. Namun, perlu diketahui pula bahwa upaya untuk menciptakan kondisi ini membutuhkan strategi dan keterlibatan banyak pihak. Bagaimana menurut anda?

Kedua: Ada Metode Pelayanan Lain yang Digunakan Puskesmas


Kondisi ini dapat saja terjadai ketika suatu puskesmas membuat suatu inovasi pelayanan atau meningkatkan pelayanan luar gedung. Misalnya meningkatkan pelayanan puskesmas keliling, melakukan metode pelayanan kunjungan rumah sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa puskesmas dengan istilah "Ketuk Pintu Layani dengan Hati", juga dapat dengan memaksimalkan pelayanan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang ada di masing-masing desa dengan metode yang sesuai seperti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Namun, ada fakta pula dalam pelaksanaan pelayanan sebagaimana yang disebutkan diatas, para pelaksana pelayanan di tingkat desa tidak disertai dengan pelimpahan wewenang dari tenaga yang kompoten dibidangnya, seperti dokter kepada perawat atau bidan yang ditugaskan di desa. Hal ini malah akan menimbulkan masalah baru, tapi dalam pembahasan ini kita berasumsi saja permasalahan ini tidak terjadi.

Jika kegiatan-kegiatan tersebut diatas benar-benar dilaksanakan maka memungkinkan para pasien akan jarang ke puskesmas untuk berobat kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu. Inilah yang menyebabkan puskesmas 'sepi pasien'

Ketiga: Ada Pengobatan Alternatif yang Digunakan Masyarakat


Kemungkinan ketiga yang menyebabkan puskesmas 'sepi pasien' adalah adanya pengobatan alternatif yang digunakan masyarakat ketika sakit sehingga data kesakitan pun akan menjadi kecil. Bukan karena tidak ada yang sakit melainkan orang sakit tersebut yang tidak terdata apalagi datang berobat ke puskesmas, hal ini dapat terjadi oleh karena hal-hal berikut:
  • Masyarakat terbiasa mengkonsumsi obat-obat pasaran yang diperjual belikan tanpa izin dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini merupakan suatu masalah. Akibat buruk dari tindakan tersebut akan terjadi. Seperti yang pernah kami komunikasikan dengan salah seorang dokter pada suatu rumah sakit. Beliau mengatakan bahwa terjadi peningkatan kasus Perforasi Gaster saat itu. Menurut beliau bahwa hal ini dapat terjadi karena pasien sering mengkonsumsi obat yang tidak sesuai prosedur. Hal mengejutkan adalah ketika beliau menanyakan pada beberapa pasien ternyata benar. Karena suatu penyakit mereka sering membeli obat diapotik tanpa resep atau melalui pemeriksaan dokter. Walaupun tanpa melalui sebuah uji statistik, kejadian sebab akibat tersebut sangatlah logis dan ilmiah.
  • Kebiasaan masyarakat yang masih memilih dukun sebagai tempat pengobatan ketika sakit, hanya saat penyakit telah parah baru berkunjung ke puskesmas. Hal tersebut masih dapat kita jumpai di beberapa tempat, sehigga mereka yang sakit tidak menjadikan puskesmas sebagai tempat pengobatan, walaupun ujung-ujungnya mereka akan ke fasilitas kesehatan, namun hal ini akan menyebabkan puskesmas 'sepi pasien' karena ada sebagian pasien yang langsung ke Rumah Sakit karena tingkat keparahan penyakitnya bahkan meninggal.
  • Masyarakat memilih ke dokter praktek, klinik atau praktek pelayanan kesehatan lainnya yang belum dapat dipastikan keabsahannya dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini bisa menyebabkan puskesmas menjadi sepi pasien, namun dari segi statistik, perhitungan angka kesakitan masih dapat diatasi dengan mencari data bagi para pemberi pelayanan kesehatan tersebut.
  • Karena suatu alasan, masyarakat kemungkinan akan pergi berobat ke puskesmas lain yang mana tempat tinggal pasien bukan tanggungjawab puskesmas yang dituju tersebut. Sehingga secara statistik, hal tersebut akan meyebabkan ramainya pasien di puskesmas yang satu sementara puskesmas yang lainnya akan semakin sepi. Sama seperti kasus yang diatas, untuk perhitungan statistik masih dapat diatasi.
Kenyataan yang kami sebutkan pada kondisi ketiga ini yang sangat bermasalah ketika suatu puskesmas adem ayem dan membanggakan puskesmasnya sepi pasien seolah tidak terjadi kesakitan.

Pada kesempatan ini, kami meminta kepada para pembaca yang paham akan hal tersebut untuk mendiskusikan permasalahan ini, semoga mendapat solusi untuk kita semua dalam melakukan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

Puskesmas Ramai Pasien


Hal yang paling menggelitik bagi kami adalah ketika ada seorang tenaga kesehatan yang merasa bangga puskesmasnya banyak dikunjungi pasien, seolah dia berhasil menarik minat masyarakat untuk berobat ke puskesmas. Bagaimana pendapat anda?

Menurut kami, hal tersebut bukanlah hal yang patut dibanggakan jika terbanyak pasien tersebut tinggal di wilayah kerjanya (lihat kondisi ketiga pada puskesmas sepi pasien). Perlu analisa mendalam tentang hal tersebut. Periksa alamat setiap pasien dan lakukan rekapitulasi dan buat perhitungan angka kesakitan berdasarkan jumlah penduduk diwilayah kerja puskesmas tersebut.

Jika dari hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil yang melebihi standar angka kesakitan nasional, maka sekali lagi, jangan berbangga diri.

Sebagai tenaga kesehatan, kita berharap masyarakat selalu sehat. Bukan berharap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari jumlah orang sakit. Terlebih bagi tenaga yang berbasis kesehatan masyarakat, sebagaimana yang pernah kami tuliskan pada tulisan kami sebelumnya yang berjudul "Tenaga Kesehatan Masyarakat Musuh PAD".


Dari uraian tersebut diatas menggambarkan betapa pentingnya menganalisa angka kesakitan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Menjaga masyarakat tetap sehat adalah tugas utama tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Paradigma sehat dalam pembangunan kesehatan perlu ditanamkan dalam pembangunan kesehatan.

Andai saja sakit dan sehat ini adalah pilihan maka kita pasti tidak akan memilih sakit melainkan tetap sehat dan memiliki hidup yang berkualitas karena kita tahu bahwa penyakit itu sakit dan menyakitkan. Jangan biarkan masyarakat sakit dan merasakan yang tak ingin kita rasakan.

Demikian yang dapat kami tuliskan, semoga dapat bermanfaat. Silakan bagikan ke MEDIA SOSIAL melalui tombol berbagi yang telah kami sediakan. Untuk mendapatkan update artikel dari kami, silakan berlangganan melalui email menggunakan kolom BERLANGGANAN yang kami sediakan diabawah.

Penulis : Amrin Madolan, SKM