Memahami dan Mencegah Gangguan Cemas dalam Kehidupan Sehari-Hari

Gangguan cemas (anxiety) merupakan respon wajar yang dialami oleh seseorang ketika menghadapi ancaman dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapa saja. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal yang dapat memicu kecemasan. Sejak bangun pagi, melaksanakan aktivitas hingga akan tidur kembali dimalam hari.

Terlambat bangun pagi dan cenderung terlambat masuk kantor, pekerjaan kantor menumpuk, deadline pekerjaan yang semakin dekat, kebutuhan rumah tangga tidak terpenuhi, dan masih banyak lagi yang akan menimbulkan rasa cemas.

Cemas dalam kadar normal diperlukan agar seseorang siap melindungi diri dan menghadapi ancaman dari luar (flight or fight).

Saat merasa cemas akan muncul reaksi pada kognitif, fisik dan perilaku, yang memicu untuk melakukan sesuatu agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi.

Kecemasan

Beberapa respons yang bisa saja muncul saat merasa cemas serta menjadi tanda-tanda cemas yaitu:

  • Kognitif: Mulai dari pikiran kekhawatiran yang ringan sampai sangat menakutkan.
  • Fisik: Jantung berdebar kencang, napas pendek, gemetar, keringat dingin, otot tegang, mual, dan lain-lain.
  • Perilaku: Menghindari hal-hal atau situasi yang membuat cemas.

Yang penting untuk diingat tentang kecemasan adalah:

  • Normal dan dialami oleh semua orang.
  • Diperlukan untuk bertahan hidup dan beradaptasi.
  • Tidak berbahaya dan tidak mencelakakan.
  • Biasanya hanya bertahan dalam jangka waktu yang pendek.
  • Kadang perlu untuk performa yang baik (level rendah dan sedang).

Kapan cemas menjadi masalah atau disebut sebagai gangguan cemas?

Beberapa faktor yang menentukan apakah seseorang yang cemas membutuhkan bantuan professional :

  • Derajat penderitaan yang disebabkan rasa cemas tersebut.
Pada tingkatan tertentu, cemas dapat menyebabkan seseorang menderita. Bila hal itu terjadi berkepanjangan dan kita cukup merasa tersiksa oleh kecemasan tersebut, maka sebaiknya kita secepatnya mencari professional seperti konselor, psikolog, dan psikiatri.
  • Apakah telah mengganggu fungsi kehidupan seseorang dalam bekerja, belajar, bersosialisasi dan fungsi sehari-hari.
Sebagaimana dijelaskan bahwa normalnya cemas hanya bersifat sementara, namun bila sudah mengganggu kehidupan sehari-hari akibat kecemasan tersebut, maka sebaiknya mencari ahlinya untuk mendapatkan terapi psikologis.
  • Pada situasi apa saja kecemasan tersebut muncul.
Cemas yang datang berulang tanpa pemicu tertentu, mungkin Anda sedang mengalami gangguan kecemasan. Kenali ciri-ciri cemas yang ada dan pastikan untuk mencari ahlinya agar mendapat penanganan segera.

Gangguan cemas (Anxiety Disorder)


Gangguan cemas adalah perasaan kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan respons emosional terhadap sesuatu. Gangguan cemas ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Epidemiologi

1/3 penduduk dunia (264 juta) mengalami gangguan kecemasan selama masa hidupnya. Indonesia (2013): 6% usia >15 tahun (sekitar 14 juta penduduk). Kecemasan memuncak pada usia dewasa tua.

(GBD. 2015. Disease and Injury Incidence and Prevalence Collaborator, and others. Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with disability for 310 diseases and injuries, 1990-2015: a systemic analysis for the Global Burden of Disease Study 2015. The Lancet. 388: 100053
Bandelow, B. and Michaelis, S. 2015. Epidemiology of Anxiety Disorders in the 21st Century. Journal NCBI. Dialogues in Clinical Neuroscience, 17(3): 327-335.)

Etiologi

Genetik

Penelitian telah menunjukkan, gangguan kecemasan memiliki tingkat heritabilitas 26 persen untuk kejadian seumur hidup. Tingkat heritabilitas ini berarti 26 persen dari variabilitas mungkin mengembangkan kecemasan, karena faktor genetika. Jadi, sekitar seperempat risiko kita mengembangkan kecemasan berasal dari faktor genetik. Faktor-faktor lain, seperti pengalaman traumatis atau penyakit fisik, dapat memiliki dampak lebih besar.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gangguan Kecemasan Bisa Dipicu Faktor Genetik dan Perilaku Orang tua".

Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

Manifestasi Klinis

  • Gejala Kognitif: Kewaspadaan berlebihan, konsentrasi buruk
  • Gejala Fisiologis: Jantung berdebar kencang, Sesak Napas, Nyeri dada, berkeringat, pusing, mual, sakit perut, diare, gemetar.
  • Gejala Afektif: Gugup, gelisah, takut, frustrasi.
  • Gejala Perilaku: Irritable, menghindari situasi ancaman, mondar-mandir.

Jenis-jenis Gangguan Cemas

  • Gangguan fobia.
  • Gangguan cemas menyeluruh
  • Gangguan panik
  • Gangguan obsesif kompulsif

PENTING: Tips untuk Mencegah Gangguan Cemas

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, bahwa cemas akan muncul pada setiap manusia. Maka sangat penting bagi kita untuk memahami bagaimana cara untuk mencegah cemas menjadi gangguan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai berikut:
  • Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. Perbanyak beribadah, berdoa, dan bersyukur kepada Tuhan.
  • Makan makanan yang sehat dan gizi seimbang.
  • Olahraga teratur. Usahakan selalu berolahraga setiap hari sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Stretching sekitar 20 menit setiap hari. Dengan berolahraga mampu menurunkan hormon kortisol yang menjadi pemicu stres dalam tubuh. Dengan berolahraga, hormon endorfin (hormon yang berperan dalam kestabilan suasana hati atau mood serta mencegah stress) yang dihasilkan tubuh kita meningkat.
  • Tidur yang cukup dan berkualitas.
  • Belajar berpikir positif namun tetap realistis.
  • Tetap terhubung pada social support seperti komunitas keagamaan, dan lain-lain.
  • Meminta bantuan profesional seperti : konselor, psikolog, psikiater.