22 Jenis Penyakit Kulit yang Menyerang Manusia serta Penjelasannya

Jenis penyakit kulit bermacam-macam serta memiliki gejala, penyebab dan cara penyembuhan yang berbeda-beda pula. Berikut ini kami tuliskan 22 jenis penyakit kulit beserta penjelasan singkat dari masing-masing penyakit tersebut sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Di Fasilitas Kesehatan Primer.

1. Miliaria

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat. Keluhan yang dirasakan adalah gatal yang disertai timbulnya vesikel, atau bintil terutama muncul saat berkeringat, pada lokasi predileksi, kecuali pada miliaria profunda.

Penyakit Kulit : Miliaria
Penyakit Kulit : Miliaria

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini adalah:

  1. Tinggal di lingkungan tropis, panas, kelembaban yang tinggi.
  2. Pemakaian baju terlalu ketat.

2. Veruka Vulgaris

Veruka vulgaris merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV). Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Veruka ini sering dijumpai pada anak-anak dan remaja. Keluhan muncul berupa adanya kutil pada kulit dan mukosa.

Papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa. Papul ini dapat dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku. Apabila permukaannya rata, disebut dengan veruka plana. Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Koebner).

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini adalah:

  1. Biasanya terjadi pada anak-anak dan orang dewasa sehat.
  2. Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah.
  3. Imunodefisiensi (penurunan/melemahnya kekebalan tubuh).

3. Reaksi Gigitan Serangga

Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings), dan kontak dengan serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs, dan kutu, yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik.

Pasien datang dengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang digigit, umumnya tidak tertutup pakaian.

Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit serangga, namun ada pula yang datang dengan delayed reaction, misalnya 10-14 hari setelah gigitan berlangsung. Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat berkembang menjadi suatu ansietas, disorientasi, kelemahan, GI upset (cramping, diarrhea, vomiting), dizziness, sinkop bahkan hipotensi dan sesak napas. Gejala dari delayed reaction mirip seperti serum sickness, yang meliputi demam, malaise, sakit kepala, urtikaria, limfadenopati dan poliartritis.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang menderita penyakit ini, yaitu:

  1. Lingkungan tempat tinggal yang banyak serangga.
  2. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
  3. Riwayat alergi.
  4. Riwayat alergi makanan.

4. Herpes Zoster

Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varisela-zoster. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.

Keluhan berupa nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan dapat disertai dengan gejala prodromal sistemik berupa demam, pusing, dan malaise. Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan edema.

Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang terkena penyakit ini, yaitu:

  1. Umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua.
  2. Imunodefisiensi

5. Herpes Simpleks

Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II, yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab.

Keluhan berupa :
  • Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis pada 90% kasus, biasanya ditemukan perioral. Pada 10% sisanya, dapat terjadi gingivostomatitis akut.
  • Infeksi primer HSV-2 terjadi setelah kontak seksual pada remaja dan dewasa, menyebabkan vulvovaginitis akut dan atau peradangan pada kulit batang penis. Infeksi primer biasanya disertai dengan gejala sistemik seperti demam, malaise, mialgia, nyeri kepala, dan adenopati regional. Infeksi HSV-2 dapat juga mengenai bibir.
  • Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau sensasi terbakar setempat pada lokasi yang sama dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi mulai dari 24 jam sebelum timbulnya erupsi.
Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel ini dapat cepat menjadi keruh, yang kemudian pecah, membasah, dan berkrusta. Kadang-kadang timbul erosi/ulkus.

Tempat predileksi adalah di daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung untuk HSV-1, dan daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital untuk HSV-2. Untuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada tempat yang sama dengan lokasi sebelumnya.

Faktor risiko yang memungkinkan orang terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Individu yang aktif secara seksual.
  2. Imunodefisiensi.

6. Skabies

Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei dan produknya. Penularan terjadi, karena:
  • Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti menjabat tangan, hubungan seksual, tidur bersama
  • Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti penggunaan perlengkapan tidur bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat pribadi lainnya miliki alat-alat pribadi sendiri sehingga harus berbagi dengan temannya.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang menderita penyakit ini, yaitu:

  1. Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal di asrama atau pesantren.
  2. Higiene yang buruk.
  3. Sosial ekonomi rendahseperti di panti asuhan, dll.

7. Pedikulosis Kapitis

Pedikulosis kapitis adalah infeksi dan infestasi kulit kepala dan rambut manusia yang disebabkan oleh kutu kepala Pediculus humanus var capitis. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab:
  • Kontak fisik erat dengan kepala penderita, seperti tidur bersama.
  • Kontak melalui fomite yang terinfestasi, misalnya pemakaian bersama aksesori kepala, sisir, dan bantal juga dapat menyebabkan kutu menular.
Gejala yang paling sering timbul adalah gatal di kepala akibat reaksi hipersensitivitas terhadap saliva kutu saat makan maupun terhadap feses kutu. Gejala dapat pula asimptomatik.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Status sosioekonomi yang rendah.
  2. Higienitas perorangan yang rendah
  3. Prevalensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki, terutama pada populasi anak usia sekolah. 

8.  Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.

Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik). Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis. Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Lingkungan yang lembab dan panas.
  2. Imunodefisiensi.
  3. Obesitas.
  4. Diabetes Melitus.

9. Tinea versikolor

Tinea versikolor adalah penyakit infeksi pada superfisial kulit dan berlangsung kronis yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Penyakit ini biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, namun tampak adanya bercak berskuama halusberwarna putih sampai coklat hitam pada kulit yang terinfeksi. Prevalensi penyakit ini tinggi pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab.

Tinea versikolor pada umumnya datang berobat karena tampak bercak putih pada kulitnya. Keluhan gatal ringan muncul terutama saat berkeringat, namun sebagian besar pasien asimptomatik.
Lesi berupa makula hipopigmentasi atau berwarna-warni, berskuama halus, berbentuk bulat atau tidak beraturan dengan batas tegas atau tidak tegas.

Skuama biasanya tipis seperti sisik dan kadangkala hanya dapat tampak dengan menggores kulit (finger nail sign). Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka dan kepala. Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah yang tertutup pakaian dan bersifat lembab.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Sering dijumpai pada dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif bekerja).
  2. Cuaca yang panas dan lembab.
  3. Tubuh yang berkeringat.
  4. Imunodefisiensi.

10. Pioderma

Pioderma adalah infeksi kulit (epidermis, dermis dan subkutis) yang disebabkan oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus dan Streptokokus. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective) Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema perifolikuler dan rasa gatal atau perih.
Furunkel adalah peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berupa papul, vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan disertai rasa nyeri.

Furunkulosis adalah beberapa furunkel yang tersebar. Karbunkel adalah kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa furunkel yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa puncak.

Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) adalah peradangan yang memberikan gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi pustul dan pecah sehingga menjadi krusta kering kekuningan seperti madu. Predileksi spesifik lesi terdapat di sekitar lubang hidung, mulut, telinga atau anus.
Impetigo bulosa adalah peradangan yang memberikan gambaran vesikobulosa dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus). Ektima adalah peradangan yang menimbulkan kehilangan jaringan dermis bagian atas (ulkus dangkal).

Pasien mengeluh adanya koreng atau luka di kulit :
  • Awalnya berbentuk seperti bintil kecil yang gatal, dapat berisi cairan atau nanah dengan dasar dan pinggiran sekitarnya kemerahan. Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak disertai dengan rasa nyeri.
  • Bintil kemudian pecah dan menjadi keropeng/ koreng yang mengering, keras dan sangat lengket.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Higiene yang kurang baik
  2. Defisiensi gizi
  3. Imunodefisiensi (CD 4 dan CD 8 yang rendah).

11. Dermatitis Seborik (DS)

Dermatitis Seboroik (DS) merupakan istilah yang digunakan untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi (predileksi di tempat-tempat kelenjar sebum). DS berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea.

Keluhan berupa munculnya bercak merah dan kulit kasar. Kelainan awal hanya berupa ketombe ringan pada kulit kepala (pitiriasis sika) sampai keluhan lanjut berupa keropeng yang berbau tidak sedap dan terasa gatal.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Genetik.
  2. Faktor kelelahan.
  3. Stres emosional.
  4. Infeksi.
  5. Defisiensi imun.
  6. Jenis kelamin pria lebih sering daripada wanita.
  7. Usia bayi bulan 1 dan usia 18-40 tahun.
  8. Kurang tidur.

12.  Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Sinonim dari penyakit ini adalah eczema atopik, eczema konstitusional, eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier
Keluhan berupa gatal yang bervariasi lokasinya tergantung pada jenis dermatitis atopik (lihat klasifikasi).

Gejala utama DA adalah pruritus (gatal), dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk. Pasien biasanya mempunyai riwayat juga sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

  1. Wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1.3 : 1).
  2. Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dll).
  3. Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya penggunaan antibiotik.
  4. Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya.

Faktor pemicu Deratitis Atopik (DA):

  1. Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.
  2. Tungau debu rumah
  3. Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi Staphylococus aureus).

13. Dermatitis numularis

Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans).
Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan sangat gatal. Keluhan hilang timbul dan sering kambuh.

Tanda Patognomonis

  1. Lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0.3 – 1.0 cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas.
  2. Tanda eksudasi, karena vesikel mudah pecah, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
  3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi.
  4. Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan.

Faktor risiko yang memungkinkan seseorang terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Pria.
  2. Usia 55-65 tahun (pada wanita 15-25 tahun).
  3. Riwayat trauma fisis dan kimiawi (fenomena Kobner: gambaran lesi yang mirip dengan lesi utama).
  4. Riwayat dermatitis kontak alergi.
  5. Riwayat dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularis anak.
  6. Stress emosional.
  7. Minuman yang mengandung alkohol.
  8. Lingkungan dengan kelembaban rendah.
  9. Riwayat infeksi kulit sebelumnya.

14. Liken simpleks kronik

Liken simpleks kronik atau yang sering disebut juga dengan neurodermatitis sirkumkripta adalah kelainan kulit berupa peradangan kronis, sangat gatal berbetuk sirkumskrip dengan tanda berupa kulit tebal dan menonjol menyerupai kulit batang kayu akibat garukan dan gosokan yang berulangulang. Penyebab kelainan ini belum diketahui.

Keluhan berupa gatal sekali pada kulit, tidak terus menerus, namun dirasakan terutama malam hari atau waktu tidak sibuk. Bila terasa gatal, sulit ditahan bahkan hingga harus digaruk sampai luka baru gatal hilang untuk sementara.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

Perempuan lebih sering ditemukan dibandingkan laki-laki, dengan puncak insidensi 30-50 tahun.

Tanda Patognomonis

  1. Lesi biasanya tunggal, namun dapat lebih dari satu.
  2. Dapat terletak dimana saja yang mudah dicapai tangan. Biasanya terdapat di daerah tengkuk, sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, kulit kepala, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva.
  3. Awalnya lesi berupa eritema dan edema atau kelompokan papul, kemudian karena garukan berulang, bagian tengah menebal, kering, berskuama serta pinggirnya mengalam hiperpigmentasi. Bentuk umumnya lonjong, mulai dari lentikular sampai plakat.

15.  Dermatisis kontak alergik (DKA)

Dermatisis kontak alergik (DKA) adalah reaksi peradangan kulit imunologik karena reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit terjadi didahului oleh proses sensitisasi berupa alergen (fase sensitisasi) yang umumnya berlangsung 2-3 minggu. Bila terjadi pajanan ulang dengan allergen yang sama atau serupa, periode hingga terjadinya gejala klinis umumnya 24-48 jam (fase elisitasi).

Alergen paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da. DKA terjadi dipengaruhi oleh adanya sensitisasi alergen derajat pajananm dan luasnya penetrasi di kulit.
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Keluhan dapat disertai timbulnya bercak kemerahan.

Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan-bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di keluarga.

Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, seperti di ketiak oleh deodorant, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan seterusnya.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

  1. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan alergen.
  2. Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu tertentu.
  3. Riwayat dermatitis atopic atau riwayat atopi diri dan keluarga 

16. Dermatisis kontak iritan (DKI)

Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah reaksi peradangan kulit non-imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi. DKI dapat dialami oleh semua orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, dan ras. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan.

Keluhan kelainan kulit dapat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut, sedangkan iritan lemah memberikan gejala kronis. Gejala yang umum dikeluhkan adalah perasaan gatal dan timbulnya bercak kemerahan pada daerah yang terkena kontak bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh rasa pedih, panas, dan terbakar.

Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis. Selengkapnya dapat dilihat pada bagian klasifikasi.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

  1. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan iritan
  2. Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu
  3. Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli bangunan, montir, penata rambut.
  4. Riwayat dermatitis atopik

17. Napkin eczema

Napkin eczema atau sering disebut juga dengan dermatitis popok/ diaper rash adalah dermatitis di daerah genito-krural sesuai dengan tempat kontak popok. Umumnya pada bayi pemakai popok dan juga orang dewasa yang sakit dan memakai popok. Dermatitis ini merupakan salah satu dermatitis kontak iritan akibat isi napkin (popok).

Keluhan berupa gatal dan bercak merah berbatas tegas, mengikuti bentuk popok yang berkontak kadang-kadang membasah dan membentuk luka.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

  1. Popok jarang diganti.
  2. Kulit bayi yang kering sebelum dipasang popok.
  3. Riwayat atopi diri dan keluarga.
  4. Riwayat alergi terhadap bahan plastik dan kertas.

18. Pitiriasis Rosea

Penyakit ini belum diketahui sebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus (mother patch), kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas, yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 3-8 minggu. Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, dengan rasio pria dan wanita sama besar.

Keluhan dapat berupa lesi kemerahan yang awalnya satu kemudian diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi ini kadang-kadang dikeluhkan terasa gatal ringan.

Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, soliter, berbentuk oval, dan anular, diameternya sekitar 3 cm. Lesi terdiri atas eritema dan skuama halus di atasnya. Lamanya beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, dengan gambaran serupa dengan lesi pertama, namun lebih kecil, susunannya sejajar dengan tulang iga, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksi yang sering adalah pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas. 

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

Etiologi belum diketahui, ada yang mengatakan hal ini merupakan infeksi virus karena merupakan self limited disease.

19. Moluskum kontagiosum

Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus poks, yang menginfeksi sel epidermal. Secara klinis, lesi tampak sebagai papul yang berbentuk kubah dengan permukaan halus dan seringkali terdapat umbilikasi. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Pada orang dewasa, penyakit ini digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual.
Adanya kelainan kulit berupa papul miliar. Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu.

Lokasi predileksi penyakit ini adalah di daerah muka, badan, dan ekstremitas, sedang pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

  1. Terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang dewasa.
  2. Imunodefisiensi.
Papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti nasi. Lokasi predileksi adalah daerah muka, badan, dan ekstremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi.

20. Urtikari

Urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam sebab. Ditandai oleh edema setempat yang timbul mendadak dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Dapat disertai dengan angioedema. Nama lain: biduran, kaligata, hives, nettle rash.

Keluhan biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-berat di kulit yang disertai bentol-bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau hampir di seluruh tubuh. Keluhan dapat juga disertai rasa panas seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah-muntah, nyeri kepala, dan berdebar-debar (gejala angioedema).

Keadaan umum: tampak sehat, dapat sakit ringan – sedang.
Pemeriksaaan fisik lengkap termasuk pemeriksaan gigi, THT, dan genital untuk menemukan adanya fokus infeksi. Lesi kulit yang didapatkan berupa:
  1. Ruam atau patch eritema.
  2. Berbatas tegas.
  3. Bagian tengah tampak pucat.
  4. Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular hingga plakat.
  5. Kadang-kadang disertai demografisme berupa edema linier di kulit yang terkena goresan benda tumpul, timbul dalam waktu < 30menit.
  6. Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
  7. Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit ini, yaitu:

  1. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
  2. Riwayat alergi.
  3. Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
  4. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
  5. Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin, diuretik, imunisasi, injeksi, hormon, pencahar, dan sebagainya).
  6. Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang,, dsb).
  7. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
  8. Penyakit autoimun dan kolagen.
  9. Umur rerata adalah 35 tahun.
  10. Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, trauma sinar x dan cahaya).

21. Filariasis

Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.

WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global untuk mengeliminasi filariasis pada tahun 2020 (The Global Goal of Elimination of LymphaticFilariasis as a Public Health problem by The Year 2020). Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun di lokasi yangendemis serta perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatandan mengurangi penderitaannya.

Indonesia melaksanakan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap yang telah dimulai sejak tahun 2002 di 5 kabupaten. Perluasan wilayah akan dilaksanakan setiap tahun.

Penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu: Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah.

Gejala filariasis bancrofti sangat berbeda dari satu daerah endemik dengan daerah endemik lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan intensitas paparan terhadap vektor infektif didaerah endemik tersebut.

Manifestasi akut, berupa:
  1. Demam berulang ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dantimbul lagi setelah bekerja berat.
  2. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,ketiak(lymphadentitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
  3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (retrograde lymphangitis).
  4. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
  5. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (Early Imphodema).
Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurangnya fungsi saluran limfe terjadi beberapa bulan sampai bertahun-tahun dari episode akut. Gejala kronis filariasis berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai,lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti) yang disebabkan oleh adanya cacing dewasa pada sistem limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif berupa occult filariasis.

Perjalanan penyakit tidak jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya tetapi bila diurut dari masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi:
  1. Masa prepaten, yaitu masa antara masuknya larva infektif hingga terjadinya mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik ini pun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimptomatik amikrofilaremik dan asimptomatik mikrofilaremik.
  2. Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya gejala klinis berkisar antara 8-16 bulan.
  3. Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat amikrofilaremik maupun mikrofilaremik.
  4. Gejala menahun, terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.
Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi. Gejala menahun ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.

Pada manifestasi akut dapat ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3-15 hari, dan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Limfangitis akan meluas kedaerah distal dari kelenjar yang terkena tempat cacing ini tinggal. Limfangitis dan limfadenitis berkembang lebih sering di ekstremitas bawah dari pada atas. Selain pada tungkai,dapat mengenai alat kelamin, (tanda khas infeksi W. bancrofti) dan payudara.

Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurangnya fungsi saluran limfe. Bentuk manifestasi ini dapat terjadi dalam beberapa bulan sampai bertahuntahun dari episode akut. Tanda klinis utama yaitu hidrokel,limfedema,elefantiasis dan chyluria yang meningkat sesuai bertambahnya usia.

Manifestasi genital di banyak daerah endemis, gambaran kronis yang terjadi adalah hidrokel. Selain itu dapat dijumpai epedidimitis kronis, funikulitis, edem karena penebalan kulit skrotum, sedangkan pada perempuan bisa dijumpai limfedema vulva. Limfedema dan elefantiasis ekstremitas, episode limfedema pada ekstremitas akan menyebabkan elefantiasis di daerah saluran limfe yang terkena dalam waktu bertahun-tahun. Lebih sering terkena ekstremitas bawah. Pada W.bancrofti, infeksi didaerah paha dan ekstremitas bawah sama seringnya, sedangkan B.malayi hanya mengenai ekstremitas bawah saja.

Pada keadaan akut infeksi filariasis bancrofti, pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis,epididimitis dan orkitis. Adenolimfangitis inguinal atau aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari dan serangan terjadi beberapa kali dalam setahun. Filariasis brugia, limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd. Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri dan sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari. Serangan dapat terjadi 12 x/tahun sampai beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan parut yang khas, setelah 3 minggu 3 bulan.

Pada kasus menahun filariasis bancrofti, hidrokel paling banyak ditemukan. Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum,vulva atau buah dada, dan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya. Chyluria terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita menyebabkan penurunan berat badan dan kelelahan. Filariasis brugia, elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah, dan ukuran pembesaran ektremitas tidak lebih dari 2 kali ukuran asalnya.

22. Luka bakar derajat I atau II

Luka bakar (burn injury) adalah kerusakan kulit yg disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka bakar derajat I: kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hiperemi berupa eritema, perabaan hangat, tidak dijumpai bulla, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Luka bakar derajat II: Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae dan nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik yang teriritasi.
Dibedakan atas 2 bagian :
  • Derajat II dangkal/superficial (IIA). Kerusakan mengenai bagian pidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
  • Derajat II dalam/deep (IIB). Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel masih sedikit. Organ-oran kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea tinggal sedikit sehingga penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan dan disertai parut hipertrofi.
Keluhan Pada luka bakar derajat I paling sering disebabkan sinar matahari. Pasien hanya mengeluh kulit teras nyeri dan kemerahan. Pada luka bakar derajat II timbul nyeri dan bulae.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukan:
  1. Pada luka bakar derajat I kulit hanya tampak eritema dengan perabaan hangat, tidak dijumpai adanya bula.
  2. Pada luka bakar derajat II timbul nyeri, timbul gelembung atau bula berisi cairan eksudat.
  3. Menentukan luas luka bakar berdasarkan “rumus rule of nine”.
Kriteria Berat Ringannya luka bakar dapat dipakai ketentuan berdasarkan American Burn Association, yaitu sebagai berikut:

Luka bakar Ringan

  1. Luka bakar derajat II < 15%
  2. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
  3. Luka bakar derajat III< 2%

Luka Bakar Sedang

  1. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
  2. Luka bakar II 10-25% pada anak-anak
  3. Luka bakar derajat III< 10%

Luka Bakar Berat

  1. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
  2. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
  3. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
  4. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perinerium
  5. Luka bakar dengan cedera inhalasi, disertai trauma lain.

2 Komentar

Kami sangat berterimaksih jika anda meluangkan waktu memberikan komentar sesuai dengan tema pembahasan.

  1. Ternyata banyak juga jenis penyakit kulit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih ada lagi jenis penyakit kulit namun tidak ditampilkan semua disini

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Iklan

نموذج الاتصال