Syarat dan Kriteria Indikator Kinerja

Sebelum menetapkan seperangkat indikator kinerja, terlebih dahulu perlu diketahui syarat-syarat serta kriteria yang harus dipenuhi suatu indikator kinerja.

Untuk lebih memahami tentang pengertian indikator kinerja, silakan baca tulisan sebelumnya yang berjudul "Pengertian Indikator Kinerja dan Indikator Kinerja Utama".

Syarat Indikator Kinerja

Syarat-syarat yang berlaku untuk semua indikator kinerja tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Relevan; indikator kinerja harus berhubungan dengan apa yang diukur dan secara objektif dapat digunakan untuk pengambilan keputusan atau kesimpulan tentang pencapaian apa yang diukur.
  2. Penting/menjadi prioritas dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan, kemajuan, atau pencapaian (accomplishment);
  3. Efektif dan layak; data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang layak.

Kriteria Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang baik dan cukup memadai, setidak-tidaknya memenuhi kriteria yang terdiri dari:

Spesifik

Spesifik, indikator kinerja harus sesuai dengan program dan atau kegiatan sehingga mudah dipahami dalam memberikan informasi yang tepat tentang hasil atau capaian kinerja dari kegiatan dan atau sasaran.

Misalnya, Sasaran 'Meningkatkan tingkat kualitas pendidikan masyarakat' dengan indikator:
  1. Jumlah masyarakat yang melek huruf dalam tahun x mencapai a%,
  2. Tingkat partisipasi pendidikan masyarakat (SD, SLTP, SLTA, PT) dalam tahun x mencapai a%,
  3. Tingkat ketersediaan sarana pendidikan dan tenaga pengajar dalam tahun x mencapai a%.
Ketiga kategori tersebut dapat dikategorikan spesifik, untuk indikator yang pertama dapat dijadikan alat ukur yaitu dengan membandingkan jumlah penduduk yang dapat membaca huruf latin dengan jumlah penduduk suatu ternpat.

Indikator yang kedua dapat dijadikan alat ukur yaitu dengan menghitung persentase jumlah murid (SD, SLTP, SLTA, PT) terhadap jumlah murid usia (SD, SLTP, SLTA, PT), dan indikator ketiga yaitu dengan menghitung jumlah murid (SD, SLTP, SLTA, PT) terhadap jumlah ruangan kelas (SD,SLTP, SLTA, PT), atau Jumlah murid (SD, SLTP, SLTA, PT) terhadap jumlah guru (SD, SLTP, SLTA, PT).


Dapat dicapai

Dapat dicapai, indikator kinerja yang ditetapkan harus menantang namun bukan ha1 yang mustahil untuk dicapai dan dalam kendali instansi pemerintah. Jadi dalam menetapkan suatu indikator kinerja perlu dipikirkan juga bagaimana nanti untuk mengumpulkan data kinerjanya, apakah masih dalam kendali instansi pemerintah yang bersangkutan atau tidak dan tidak ada ambiguitas atas data apa yang akan dikumpulkan untuk suatu indikator. Sebagi contoh, mengurangi tingkat kecelakaan merupakan hal yang realiatis namun tidak mungkin untuk menghilangkannya sama sekali.

Relevan

Relevan, suatu indikator kinerja hams dapat mengukur sedekat mungkin dengan hasil yang akan diukur. Indikator kinerja tidak seharusnya dikaitkan pada tingkat yang Lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang diukur.

Misalnya, "Banyaknya alat kontrasepsi yang digunakan" adolah ukuran langsung dari suatu hasil "Peningkatan penggunaan metode keluarga berencana". Tetapi "Jumlah penyedia jasa yang terlatih", bukanlah ukuran langsung dari suatu hasil "Peningkatan pelayanan jasa".
Penyedia jasa yang adalah seorang pegawai terlatih, tidak berarti secara otomatis akan memberikan pelayanan yang lebih baik.

Jika tidak mernungkinkan untuk menggunakan pengukuran langsung, satu atau lebih indikator pengganti mungkin dapat digunakan. Misalnya, pada suatu wilayah desa sangat sulit untuk mengukur tingkat pendapatan secara langsung. Pengukuran seperti "Persentase keluarga di desa yang rumahnya berlantai semen" atau "Persentase keluarga di desa yang memiliki radio, atau televisi, atau sepeda", mungkin akan berguna rneskipun merupakan pengukuran pengganti yang sangat kasar. Asumsi yang digunakan adalah bahwa apabila suatu keluarga memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga Lain, rnereka akan membeli barang tertentu seperti yang disebutkan di atas. Apabila terdapat bukti yang meyakinkan dan memadai (misalnya, didasarkan pada riset atau pengalaman di tempat lain), maka indikator pengganti dapat merupakan indikator yang rnernadai, rneskipun tidak seakurat pengukuran langsung.

Menggambarkan sesuatu yang diukur

Menpambarkan sesuatu yang diukur, indikator yang baik merupakan ukuran dari suatu keberhasilan. Harus terdapat kesepakatan tentang interpretasi terhadap hasil yang akan digunakan sebagai ukuran. Indikator tersebut harus rnernpunyai satu dimensi dan tepat secara operasional.

Mempunyai satu dimensi artinya bahwa indikator hanya mengukur satu fenomena setiap saat. Hindari untuk menggabungkan terlalu banyak fenomena dalam satu indikator. Tepat secara operasional artinya tidak ada ambiguitas atas data apa yang akan dikumpulkan untuk suatu indikator.

Misalnya, "Jumlah perusahaan eksportir yang berhasilJJ adalah rnasih argumentatif, tetapi "Jumlah perusahaan eksportir yang mendapatkan pcningkatan pendapatan sebesar minimal 5%" adalah sesuatu yang tepat secara operasional. Tepat secara operasional juga artinya tidak ada ambiguitas atas data apa yang akan dikumpulkan untuk suatu indikator.

Sebagai suatu kelompok, indikator kinerja dan indikator-indikator pend,ukungnya seharusnya secara cukup mampu mengukur hasil. Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah: "Berapa indikator kinerja yang harus digunakan untuk mengukur suatu hasil" Jawabannya tergantung pada:
  1. kornpleksitas hasil yang akan diukur,
  2. sumberdaya yang tersedia untuk memonitor kinerja, dan
  3. jumlah informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang mamadai. Untuk hasil-hasil yang langsung dan mempunyai pengukuran yang benar dan terbukti, satu indikator saja sudah cukup.

Misalnya, apabila hasil yang ditentukan untuk disepakati adalah "Peningkatan ekspor tradisional", indikator "Nilai dolar dari ekspor tradisional per tahun" adalah cukup.

Apabila dengan satu indikator saja ternyata tidak cukup atau apabila ada manfaat yang dihasilkan dari pengukuran terhadap beberapa sudut (triangulation), maka dua atau lebih indikator mungkin diperlukan. Namun hindari terlalu banyak indikator. Dapatkan keseimbangan antara sumberdaya yang tersedia untuk pengukuran kinerja dan jumlah informasi yang diperlukan manajer untuk membuat keputusan yang memadai.

Dapat dikuantifikasi dan diukur


Dapat dikuantifikasi dan diukur, indikator dalam angka (jumlah atau persentase nilai dolar, tonase, dsb) atau dapat diukur untuk dapat ditentukan kapan dapat dicapai. Sedangkan indikator kualitatif adalah indikator yang bersifat pengarnatan deskriptif (pendapat ahli atas suatu kekuatan instansi atau penjelasan mengenai suatu perilaku).

Meskipun indikator kuantitatif tidak lebih obyektif, ketepatan angkanya memungkinkan kesepakatan atas data mengenai hasil dan biasanya lebih disukai. Namun, meskipun indikator kuantitatif yang efektif digunakan, indikator kualitatif dapat mendukung angka dan persentase dengan kekayaan yang dimiliki informasi yang rnenghidupkan hasil program.

Indikator kinerja yang bersifat kuantitatif akan lebih mudah diukur dibandingkan indikator kinerja yang bersifat kualitatif. Indikator yang bersifat kuantitatif atau dapat dikuantifikasi akan lebih mudah mengumpulkan datanya, menghitung capaian indikator, mengamati perkembangan dan evaluasinya.

Contoh:
Indeks Pembangunan Manusia (HDI), yaitu angka rata-rata kualitas SDM.
Populasi penduduk di perkotaan, yaitu prosentase penduduk yang tinggal di perkotaan terhadap total penduduk.
Kualitas pelayanan kesehatan, yaitu tingkat pelayanan kesehatan di daerah/propinsi menurut masyarakat, dengan mmmberikan kuesioner kepada masyarakat yang ditentukan sebagai responden.