Wanita Lebih Mudah Depresi: Pengaruh Hormonal, Psikologis, dan Sosial-Budaya

Wanita Depresi

Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang serius, mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Wanita ternyata memiliki risiko depresi yang lebih tinggi daripada pria.

Tingginya angka depresi pada wanita tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal, tetapi melibatkan kombinasi dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial-budaya yang kompleks.

Untuk mengetahui penjelasan masing-masing faktor tersebut, mari kita simak bersama penjelasan berikut:

Faktor Hormonal

Fluktuasi hormonal merupakan salah satu faktor biologis yang berpengaruh terhadap terjadinya depresi pada wanita. Hormon estrogen dan progesteron tidak hanya memengaruhi sistem reproduksi, tetapi juga memiliki dampak yang besar pada suasana hati dan fungsi otak. Penelitian telah menunjukkan bahwa perubahan hormonal selama siklus menstruasi dapat mempengaruhi suasana hati dan tingkat energi wanita. Fluktuasi hormon selama kehamilan dan pasca melahirkan juga menjadi faktor risiko timbulnya depresi. Depresi pasca melahirkan bisa saja terjadi sebagaimana yang dikenal dengan sebutan baby blues atau bahkan dapat terjadi depresi postpartum yang lebih serius.

Selain itu, wanita juga mengalami perubahan hormonal signifikan selama masa menopause. Kondisi tersebut seringkali menyebabkan gejala seperti perubahan suasana hati, kecemasan, dan kesulitan tidur. Hal tersebut menjadi pemicu terjadinya depresi jika tidak ditangani dengan baik.

Faktor Psikologis

Aspek psikologis juga berperan besar pada mental wanita. Wanita sering menghadapi tekanan dari berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, keluarga, hubungan interpersonal, hingga perasaan pencapaian diri. Wanita lebih cermat dalam mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan memikirkan implikasi emosional dari keputusannya.

Perasaan putus asa, kecemasan bahkan depresi lebih mungkin terjadi ketika wanita merasa tidak mampu memenuhi harapan yang diberikan oleh masyarakat, keluarga, atau bahkan diri mereka sendiri.

Faktor Sosial-Budaya

Norma dan harapan sosial juga dapat berkontribusi pada risiko depresi wanita. Dalam banyak budaya, wanita sering diharapkan berperan ganda sebagai pekerja dan pengasuh keluarga. Tekanan untuk mencapai standar yang ditetapkan oleh masyarakat, seperti menjadi ibu yang sempurna, istri yang baik, dan profesional yang sukses, dapat menyebabkan stres yang berlebihan dan perasaan tidak adekuat.

Selain itu, stigma terhadap gangguan kesehatan mental masih ada dalam masyarakat, dan wanita sering merasa terkucil jika mereka mengalami depresi atau mencari bantuan profesional. Hal ini dapat menunda keputusan wanita untuk mencari perawatan yang tepat dan akan lebih memperburuk kondisi depresi yang dialami wanita.

Langkah Pemulihan Depresi pada Wanita

Perlu disadari bahwa depresi merupakan kondisi medis yang dapat diobati. Tidak ada salahnya mencari bantuan profesional untuk mengatasi masalah kesehatan mental. Wanita yang mengalami gejala depresi harus dan wajar mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater.

Memperkuat dukungan sosial bagi wanita yang mengalami depresi perlu dilakukan. Dukungan bisa berupa dukungan dari keluarga, teman-teman, atau kelompok dukungan sebaya. Membangun jaringan dukungan yang kuat membantu wanita merasa didengar, didukung, dan tidak sendirian dalam mengatasi depresi.

Selain perawatan profesional dan dukungan sosial, ada juga langkah-langkah mandiri yang dapat diambil untuk membantu mengelola gejala depresi. Langkah-langkah mandiri dapat berupa menjaga pola tidur yang teratur, berolahraga secara teratur, menjaga pola makan yang sehat, dan belajar teknik-teknik relaksasi.

Selengkapnya tentang depresi dapat anda baca pada tulisan sebelumnya berjudul: Cegah Depresi, Kenali Gejala dan Apa yang Harus Dilakukan.

Posting Komentar

Kami sangat berterimaksih jika anda meluangkan waktu memberikan komentar sesuai dengan tema pembahasan.

Lebih baru Lebih lama

Iklan

نموذج الاتصال