Mengenal Preeklamsia: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan selama Kehamilan

Preeklamsia adalah kondisi medis yang terjadi pada wanita hamil setelah usia kehamilan 20 minggu, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ, terutama ginjal dan hati. Kondisi ini biasanya berkembang setelah minggu ke-20 kehamilan dan dapat terjadi kapan saja sebelum atau setelah kelahiran.

Ini merupakan kondisi serius yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Jika tidak diobati dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti:

  • Hipertensi berat: Preeklamsia menyebabkan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Jika tekanan darah tidak terkontrol, maka dapat menyebabkan hipertensi berat atau eclampsia yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, kejang, koma, dan bahkan kematian.
  • Gangguan fungsi organ: dapat menyebabkan gangguan fungsi organ, seperti kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru.
  • Plasenta previa: dapat menyebabkan plasenta melekat di dasar rahim dan menutupi serviks. Kondisi ini disebut plasenta previa dan dapat menyebabkan pendarahan hebat selama persalinan.
  • Kelahiran prematur: dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan.
  • Pertumbuhan janin terhambat: dapat mengganggu pasokan darah dan nutrisi ke janin, yang dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat atau bahkan kematian janin.
Preeklamsia

Tanda dan Gejala Preeklamsia

Tanda-tanda awal preeklamsia meliputi tekanan darah tinggi, protein dalam urine, sakit kepala, mual dan muntah, serta gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur atau cahaya berkedip.

Berikut penjelasan rinci tentang beberapa tanda dan gejalanya:

  1. Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi adalah tanda paling umum dari preeklamsia. Tekanan darah normal selama kehamilan adalah kurang dari 140/90 mmHg. Jika tekanan darah terus meningkat selama kehamilan, bisa jadi tanda awal preeklamsia.
  2. Protein dalam urine: Tes urine rutin selama pemeriksaan prenatal bisa mendeteksi adanya protein dalam urine. Jika terdapat protein dalam urine yang lebih dari 300 mg/dL, dapat menunjukkan adanya preeklamsia.
  3. Sakit kepala: Sakit kepala yang parah dan terus-menerus dapat menjadi tanda awal preeklamsia. Sakit kepala dapat dirasakan di belakang kepala, di pelipis, atau di depan kepala.
  4. Mual dan muntah: Mual dan muntah yang parah dapat menjadi tanda awal preeklamsia. Mual dan muntah dapat terjadi pada awal kehamilan, tetapi jika terjadi di trimester kedua atau ketiga, mungkin merupakan tanda preeklamsia.
  5. Gangguan penglihatan: Gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur, cahaya berkedip, atau tiba-tiba muncul bintik-bintik di depan mata dapat menjadi tanda preeklamsia. Ini bisa menjadi tanda-tanda bahwa tubuh Anda tidak memperoleh oksigen yang cukup.
  6. Nyeri di perut bagian atas: Nyeri di perut bagian atas atau di bawah tulang rusuk dapat menjadi tanda preeklamsia. Nyeri bisa terasa seperti sakit ulu hati atau sensasi tidak nyaman di perut.

Penyebab Preeklamsia

Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya preeklamsia:

  1. Masalah dengan plasenta: Preeklamsia dapat terjadi ketika plasenta tidak berfungsi dengan baik. Plasenta adalah organ yang menghubungkan bayi dengan ibu dan memberikan nutrisi dan oksigen pada bayi. Jika plasenta tidak berfungsi dengan baik, hal ini dapat memicu preeklamsia.
  2. Masalah dengan pembuluh darah: Preeklamsia dapat terjadi ketika pembuluh darah yang menuju plasenta menyempit, mengurangi pasokan darah ke plasenta dan menyebabkan tekanan darah tinggi pada ibu.
  3. Faktor genetik: Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor genetik dapat berkontribusi terhadap terjadinya preeklamsia. Jika ada riwayat preeklamsia dalam keluarga, maka risiko terjadinya preeklamsia pada kehamilan dapat meningkat.
  4. Obesitas: Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas sebelum kehamilan berisiko lebih tinggi terkena preeklamsia.
  5. Usia: Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun atau remaja yang hamil berisiko lebih tinggi terkena preeklamsia.
  6. Riwayat penyakit kronis: Wanita dengan riwayat hipertensi, diabetes, lupus, atau penyakit ginjal memiliki risiko lebih tinggi terkena preeklamsia.
  7. Kehamilan ganda: Ibu yang hamil dengan bayi kembar atau lebih berisiko lebih tinggi terkena preeklamsia.
  8. Kehamilan pertama: Ibu yang hamil untuk pertama kalinya juga berisiko lebih tinggi terkena preeklamsia.
  9. Interval waktu antar kehamilan: Jika interval waktu antara kehamilan terlalu pendek atau terlalu lama, risiko terjadinya preeklamsia dapat meningkat.
  10. Merokok: Merokok selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia dan berbagai masalah kesehatan lainnya pada ibu dan bayi.
  11. Konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia dan berbagai masalah kesehatan lainnya pada ibu dan bayi.
  12. Ketidakseimbangan gizi: Asupan gizi yang tidak seimbang selama kehamilan, seperti kurangnya protein, kalsium, atau vitamin D, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga gizi seimbang demi kehamilan yang sehat.

Meskipun faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, tidak semua ibu hamil dengan faktor risiko tersebut pasti mengalami preeklamsia. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk mengetahui lebih lanjut mengenai risiko dan langkah-langkah pencegahannya.

Pengobatan dan Pencegahan

Pencegahan dan pengobatan preeklamsia tergantung pada tingkat keparahan dan usia kehamilan. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan dan pengobatan:

  • Pemeriksaan prenatal: Melakukan pemeriksaan prenatal secara teratur sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda preeklamsia sedini mungkin. Pemeriksaan prenatal dapat membantu dokter mengawasi tekanan darah, proteinuria, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya preeklamsia.
  • Pola makan sehat: Makan makanan sehat dan seimbang selama kehamilan dapat membantu mencegah terjadinya preeklamsia. Konsumsi makanan yang kaya akan protein, kalsium, asam folat, dan vitamin D, serta menghindari makanan yang mengandung garam tinggi dan lemak jenuh dapat membantu mencegah terjadinya preeklamsia.
  • Istirahat yang cukup: Ibu hamil perlu mengambil waktu istirahat yang cukup dan menghindari stres yang berlebihan. Kondisi fisik dan emosional yang sehat dapat membantu mencegah terjadinya preeklamsia.
  • Pengobatan tekanan darah tinggi: Jika ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi, dokter dapat meresepkan obat untuk mengendalikan tekanan darah dan mencegah terjadinya preeklamsia.
  • Kelahiran dini: Jika kondisi preeklamsia parah atau janin mengalami pertumbuhan terhambat, dokter mungkin akan merekomendasikan kelahiran dini untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius.
  • Rawat inap di rumah sakit: Ibu hamil yang mengalami preeklamsia parah biasanya memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Dokter dapat memonitor kondisi ibu dan janin secara teratur dan memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Preeklamsia adalah kondisi yang serius dan memerlukan perawatan medis yang tepat dan segera. Konsultasikan dengan dokter Anda segera jika Anda mengalami gejala atau memiliki faktor risiko terjadinya kondisi ini.